Cerpen: Secercah Bebas

Feffi

 



Secercah Bebas 

oleh feffiamlp


Aku duduk termangu melihat Gandi yang sangat sibuk mengitari taman ini dengan penuh minat. "Tidak lelah Gan?" tanyaku. "Kau sudah mengelilinginya 5 kali kuhitung-hitung."
Ia tertawa. "Rindu sekali aku dengan taman ini Zir," jawabnya seraya mendekat ke arah wastafel di pinggir taman—mencuci tangannya bersih. "Setahun lebih aku tak mengunjunginya. Pasti jalan setapak ini juga sama rindunya tak kuinjak selama itu. Dan kini waktunya kubalas mengelilinginya agar kerinduannya menghilang," ucapnya sungguh-sungguh.
"Ada pula yang seperti itu?" Aku memutarkan mata, tak lama ikut tertawa mendengar bualan Gandi.
Gandi mendekat mengambil duduk di hadapanku, dengan jarak yang agak jauh. "Tak ada sebenarnya," jawabnya. Ia memperbaiki letak maskernya. "Aku hanya rindu tak merasakan kebebasan ini, walaupun ini bukan bebas yang sebenarnya, tapi cukup rasanya untuk menenangkan batin."
Aku mengangguk setuju. "Andai pandemi ini kian melandai, makin cepat kita kembali seperti dulu."
"Kuaminkan paling serius," katanya. "Aaaamiiiiin."
Aku kembali tertawa.
"Zir, kau mau aku jujur?" ujar Gandi tiba-tiba.
"Untuk apa? Kapan kau berbohong padaku?" tanyaku bingung.
"Bukan tentang berbohong. Hanya sedikit pengakuan. Kadangkala aku merasa bersyukur dengan adanya pandemi ini."
Kebingunganku tergantikan dengan rasa ketidakterimaan. Aku membelalak. " ... bagaimana? Di saat orang-orang kehilangan mata pencariannya, pekerjaannya, kebebasan bahkan sampai orangtuanya, sekian banyak yang kelaparan, apa kau tak ikut memikirkan mereka yang ikut terdampak?" cerocosku panjang.
"Bukan—dengarkan dulu—bukan seperti itu maksudku." Ia memperbaiki posisi duduknya. "Aku juga letih dengan pandemi ini. Sangat. Tapi kalau selalu dilihat dari sisi buruk maka tak pernah baik, bukan? Ada kalanya, ketika seperti ini, saat pemerintah memberikan sedikit kelonggaran, mengizinkan masyarakat beraktivitas seperti biasa—walaupun wajib mengenakan protokol kesehatan lengkap—itu sudah sebuah kebebasan berarti untukku. Rasanya merdeka, walau tak benar-benar merdeka lepas dari pandemi ini. Masyarakat bisa kembali mencari sedikit pemasukan dan aku bisa pergi lagi ke taman ini, menenangkan diri dari kejenuhan terkurung di dalam rumah berbulan-bulan. Maksudku bersyukur, pandemi ini mengajarkanku arti bersyukur yang sesungguhnya. Bersyukur masih diberi kesehatan, bersyukur mendapat sedikit kelonggaran seperti ini. Bersyukur bisa bertemu langsung denganmu lagi."
Aku mengangguk—tanda memahami maksudnya. "Benar apa yang kau katakan. Mungkin aku saja yang kurang bersyukur dengan pandemi ini. Ya ... semoga dengan kelonggaran ini, pandemi tetap melandai dan masyarakat tidak melanggar aturan."
"Amin sekali lagi," sambarnya.
Aku mendengkus, menatap Gandi penuh. Lalu kami kembali tertawa. Melepaskan kerinduan kawan lama yang lama tidak bersua dan berargumen seperti tadi.


#OprecODOP9 #KomunitasODOP #OneDayOnePost #MerdekadiTengahPandemi

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)