Perjalanan karir Arswendo Atmowiloto yaitu setelah lulus sekolah menengah atas, ia masuk ke Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, IKIP Solo, namun tidak tamat. Arswendo semula bercita-cita menjadi dokter atau menjadi pemimpin di salah satu instansi pemerintah. Akan tetapi, cita-cita itu tidak tercapai. Meskipun begitu, ia tidak berputus asa. Setelah keluar dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, ia bekerja di pabrik bihun, kemudian di pabrik susu. Arswendo juga pernah bekerja sebagai penjaga sepeda dan sebagai pemungut bola di lapangan tenis karyawan Pabrik Gula. Lalu pada tahun 1972, ia memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, di Solo. Setelah itu, ia menjadi wartawan Kompas serta pemimpin redaksi Hai, Monitor, dan Senang.
Dalam penulisan karya sastranya, tidak jarang Arswendo menggunakan nama samaran. Untuk cerita bersambungnya, Sudesi (Sukses dengan Satu Istri), di harian KOMPAS, ia menggunakan nama Sukmo Sasmito. Untuk Auk yang dimuat di Suara Pembaruan ia memakai nama Lani Biki, kependekan dari Laki Bini Bini Laki—nama iseng yang ia pungut sekenanya. Nama-nama lain yang juga pernah dipakainya adalah Said Saat dan B.M.D. Harahap.
Karya sastra Arswendo Atmolowiloto:
- Bayiku yang Pertama (Sandiwara Komedi dalam 3 Babak) (1974)
- Sang Pangeran (1975)
- Sang Pemahat (1976)
- The Circus (1977)
- Dua Ibu (1981)
- Serangan Fajar (diangkat dari film yang memenangkan 6 Piala Citra pada Festival Film Indonesia) (1982)
- Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten") (1985)
- Anak Ratapan Insan (1985)
- Airlangga (1985)
- Senopati Pamungkas (1986/2003) - dianggap sebagai bestseller oleh Gramedia
- Akar Asap Neraka (1986)
- Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
- Indonesia from the Air (1986)
- Garem Koki (1986)
- Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
- Lukisan Setangkai Mawar (17 cerita pendek pengarang Aksara) (1986)
- Telaah tentang Televisi (1986)
- Tembang Tanah Air (1989)
- Menghitung Hari (1993)
- Projo & Brojo (1994)
- Oskep (1994)
- Abal-abal (1994)
- Khotbah di Penjara (1994)
- Auk (1994)
- Berserah itu Indah (kesaksian pribadi) (1994)
- Sukma Sejati (1994)
- Kisah Para Ratib (1996)
- Pesta Jangkrik (2001)
- Keluarga Cemara 2 (2001)
- Keluarga Cemara 3 (2001)
- Kadir (2001)
- Keluarga Bahagia (2001)
- Darah Nelayan (2001)
- Dewa Mabuk (2001)
- Mencari Ayah Ibu (2002)
- Mengapa Bibi Tak ke Dokter? (2002)
- Dusun Tantangan (2002)
- Kau Memanggilku Malaikat (2007)
Dari karya sastra tersebut, Arswendo Atmowiloto telah menerima beberapa penghargaan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penghargaan itu antara lain berupa "Hadiah Zakse" (1972) untuk karya esainya yang berjudul "Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi". Demikian pula tulisan dramanya, berjudul "Penantang Tuhan" dan "Bayiku yang Pertama," memperoleh Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ tahun 1972 dan tahun 1973. Tahun 1975 ia memperoleh Hadiah Harapan dalam sayembara serupa untuk drama "Sang Pangeran", sedangkan dramanya "Sang Pemahat" memperoleh Hadiah Harapan I.